topbella

Selasa, 26 April 2011

MAVI MARMARA Part II

Cerita berlanjut dengan pergantian moderator, Ibu Santi. Beliau adalah seorang editor yang meliput kabar terkini masalah palestina dari Gaza ataupun tindak tanduk tentara israel. Mungkin banyak yang ingin beliau sampaikan kepada kami, para perempuan yang begitu tersentuh dengan tayangan yang baru kami saksikan tadi ( Mavi Marmara Part I ). Lebih kurang 40 orang wanita yang berada didek bawah, sengaja ditempatkan di dek bawah untuk menjaga para wanita-wanita relawan itu. Tidak hanya berdiam diri, semua melakukan hal hal seperti yang biasa dilakukan agar waktu terisi dengan lebih bermanfaat. Disinilah letak pelajaran itu, tentang mereka, para wanita....

Tangan yang dengan kasih sayang membuai-buai, pada akhirnya dapat menggoncangkan dunia, Allahu Akbar!!!
 Tidak ada kekosongan aktivitas yang dibayangkan. Para relawan harus menunggu selama 70 jam, itu berarti sekitar 3 hari untuk dapat berkumpul dengan kapal-kapal relawan lainnya ditengah laut. Kajian, halaqah, bedah hadits arba'in kerap dilakukan. Tak ada waktu untuk berleha-leha atau istirahat. Semua fokus untuk terus memperbaiki apa yang harus dipersiapkan, menguatkan diri dengan ruhani yang ikhlas. Karena saat mereka melangkahkan kaki masuk kedalam kapal mavi marmara ini, hanya ada satu tujuan, berjuang untuk palestina atau syahid. 

Semua hanya wanita biasa. Seorang gadis 18 tahun asal turki. Seorang guru TK yang mahir berbahasa arab. Seorang nenek berusia lebihd ari 60 tahun. Semua wanita biasa, bukan para pejabat, bukan para petinggi bukan pula orang terkenal. Tapi sunggu, mereka, para wanita itu sangat luar biasa. Semangat yang luar biasa, dengan kecintaan mereka pada Al Aqsho, dengan kecintaan mereka pada saudara mereka di palestina. mereka luar biasa, karena tidak ada terlintas takutpun jika harus berhadapan langsung dengan tentara israel.

 Begitu banyak yang dilakukan para wanita ini, salah satunya seorangguru TK yang mahir berbahasa arab. Sedari awal ia menginjakkan kaki di kapal mavi marmara ini, begitu banyak kajian yang telah ia plotkan. Kursus bahasa arab untuk yang lainnya, menelaah tafsir, membedah hadits dan sebagainya. Sementara yang lain tidak tinggal diam, sibuk mempersiapkan acara tersebut. Ghiroh ( semangat) yang luar biasa untuk memanfaatkan waktu demi waktu. Sampai suatu ketika, penyerangan itu datang dan para wanita harus berkumpul didek paling bawah. Ia menarik si moderator (Bu Santi). Berkata dalam bahasa arabnya yang fasih, "Sebelum engkau pergi, duduk sebentar disini. Wahai saudariku, kumohon doakan aku agar syahid dijalanNYA, dan akan kudoakan dirimu pula agar syahid dijalanNYA. Darah ini, pengorbanan ini demi saudara kita, dan hanya kita lakukan untuk berperang dijalanNYA". Mereka pun berdoa dalam diam dan berpelukan."Aku mencintaimu karena Allah, ukhti", sampai pada akhirnya setelah mereka ditangkap oleh seluruh tentara israel, mereka berpisah. Dan kabar terkahir, guru TK ini sudah menetap di Gaza sebagai tenaga pengajar..

Kisah lain yang membuatku tak bergeming, adalah ketegaran seorang wanita asal turki yang ditugaskan menjadi amiroh. Yang saat mereka, para relawan wanita sudah siap untuk pergi,  amiroh (pemiimpin wanita) dikapal itu menyambut para relawan wanita dengan semangat, ucapan selamat datang langsung beralih kepada pembagian tugas. Pembersihan, Dapur, Aktivitas dan sebagainya. begitu ligatny beliau mengontrol para wanita wanita itu. Beliau mahir taekwondo, suaminya adalah atlit taekwondo dari turki. Terlihat ketegasan diwajah beliau, seorang wanita yang lembut tapi tegas. Penyayang tapi mampu menjadi setegar karang. Saat penyerangan oleh  tentara israel ba'da subuh, beliau seperti tidak kehabisan tenaga, beliau mencari-cari para wanita dan segera menyuruh mereka untuk bersembunyi di dek kapal. Naik turun puluhan kali, hanya untuk menjalankan amanah yang telah dibebankan padanya. Beliau FOKUS, mencari amanahnya, sementara relawan pria tengah mengecoh tentara israel. Saat sibuk-sibuknya ia naik turun, tepat didepan matanya, ia melihat suami tercinta, syahid didepannya. Ditembak oleh tentara israel yang datang dari atas, tangga helikopter yang menodongkan senjatanya. Menangiskah beliau?? tidak. Dia melihat relawan pria menggotong jenazah suaminya dan dia terus melakukan tugasnya, mencari para wanita lain. Sigap, gesit, dan cepat. Tak sedikitpun beliau menampakkan rasa sedih yang teramat sangat, meraung atau apalah itu. Setelah kapal berhasil dikuasai dan relawan menyerah. Saat itulah ia menemui jenazah suaminya, dalam diam. Belaian tangan lembut itu mengusap rambut suaminya, pelan, sentuhan perpisahan. Berdoa dalam senyum, "Semoga engkau syahid dijalanNYa, tunggu aku disana". Tanpa meneteskan air mata dan ia bangkit lagi seolah tidak terjadi apa-apa. Subhanallah...Ya Rabb, engkau ajarkan bagaimana para wanita ini begitu FOKUS dengan  tugas mereka, sesedih apapun kejadian yangterselip tak menyiratkan mereka harus berpaling dari amanah mereka. Mereka FOKUS, demi amanahmu, demi kejayaan islam. DemiMU Ya Rabb ...

Dan inilah dia. Sebagian dari mereka mungkin meremehkan wanita, tapi justru dari kekuatan dan rahim seorang wanita lahir para mujahid yang nantinya membuat para tentara israel bertekuk lutut, diam tanpa kata. Jika ditanyakan bagaimana dan apa yang dilakukan para wanita di kapal mavi marmara dan digaza, mungkin begitu banyak hal yang diuraikan. Tapi dari sekian banyak pembahasan, aku menemukan satu persamaan yaitu FOKUS. Fokus mereka terhadap apa yang ingin mereka tuju, para relawan yang fokus untuk membantu para saudara dipalestine, bersiap menghadapi tentara israel. Sementara para ibu di Gaza, fokus untuk mendidik para mujahi mujahid mereka agar mencintai Al Aqsho, tanah 3 peradaban. Satu persamaan yang menggunungkan satu kekuatan penggoncang dunia, Fokus. Bisakah kita belajar darisini sahabat, fokus terhadap apapun yang ingin kita tuju...Sahabat mari buka mata dan fikiran kita..

0 komentar:

Posting Komentar

Dik Triesna

Foto Saya
Dik Triesna
"Allah Tetapkan Apa Yang Terbaik Bagi HambaNya dan Akan Indah Pada Saatnya, Bersabarlah..."
Lihat profil lengkapku