topbella

Sabtu, 26 November 2011

Ka Pe De


( Krisis Percaya Diri )

Wuaaaaa ....rasanya bulan ini penuh tantangan. Aku yang biasanya dengan sigap memutuskan segala sesuatu yang baru untuk murid muridku, bulan ini aku tidak bisa menyesuaikan dengan tempo waktu. Ujung ujungnya, sebagai seorang guru, Aku mengalami sindrom KPD krisis Percaya Diri. Apalagi yang memang diharapkan seorang guru jika tidak mendidik anak anaknya, juga mampu mentransfer ilmu secara sempurna . SEMPURNA!. Tidak  1%, 2%, 3%...dsb. Sedari dulu aku memang menerapkan kecepatan dan ketepatan untuk mereka dalam mata pelajaran yang aku pegang. Dan sekarang mereka sudah terbiasa dengan tempo waktu cepat. Sehingga mudah bagi mereka menangkap sesuatu dengan cepat dan menyelesaikan sesuatu dengan sedikit tantangan waktu. Tapi masalahnya adalah aku kehabisan cara untuk dapat mengendalikan mood mereka. Ok semua kembali pada sang guru, aku. Terkadang mereka bisa begitu bersemangat mengerjakan semua soal yang kuberikan, tapi terkadang mood mereka drastis sehingga selama jam pelajaran, hanya tawa yang terdengar. Mungkin udah kelewat stress dengan angka , hehehe

Dengan kecepatan mereka akhir akhir ini, materi yang menjadi target tercapai sebelum waktunya. Dan itu sangat melegakan mereka, materi habis. Senyum terkembang Tapiiiiiiii...bencana untukku ( agak melebaykan ) . Bagaimana tidak, sebelum menjelang UAS sebulan lagi, mereka harus mengulang semua materi itu dalam pembahasan soal dan aku harus mencari game game kreatif agar mereka tetap bersemangat mengikuti pembahasan soal itu. Mau bahas soal secara tradisional? Dijamin, hasilnya yang ada gambar kartun di lembar jawaban mereka . Hufff ( pengalaman satu tahun)
Ok sekarang bayangkan, dalam satu minggu 3 hari berturut turut, menangani 2 kelas , itu artinya 6 kali pertemuan. Dan dengan waktu sesingkat itu,hanya beberapa jam aku harus mempersiapkan jenis game yang berbeda, metode pembelajaran berbeda juga bahan game nantinya. Ohhh noooooo..Pernah sekali waktu aku mencoba 1 game untuk 2 kelas. Dan anak anak tidak semangat karena sudah mengetahui trik penyelesaian permainan. Makanya aku harus membuat seusatu yang berbeda terus menerus dalam waktu sesingkat seingkatnya.
Aku krisis PD, gimana tidak. Saat melihat pencapaian mereka dalam pembahasan soal seminggu terakhir sangat dop. Banyak yang merasa sudah jenuh dan tak jarang juga mereka mengkritikku.Padahal seminggu sebelumnya mereka berhasil melewati target, mungkin masa mereka jenuh. Melihat anak anak yang tidak bersemangat itulah yang membuat semakin lama krisis PD ini bertahan, seakan akan aku tidak mampu untuk menangani mereka. Tapiii nyatanya, aku tetap kembali pada satu tujuan, tujuanku untuk mereka. Kuupayakan selalu yang terbaik demi mereka, walaupun sangat susah meningkatkan kembali motivasi mereka, tapi selalu itu yang kuupayakan agar mereka merasa tak sia sia menghabiskan sebagaian waktu mereka
Sekarang yang harus kulakukan adalah menemukan antibiotik untuk penyakit KPD ini, enggg inggg eeengggg.
# Terima kasih muridku, secara tidak langsung kalian mengajarkan  untuk lebih kreatif

Senin, 07 November 2011

Pelataran Jingga


“Din..” , Aku terkejut mendapatkan PM sore itu, panggilan yang sudah lama tidak kudengar, Untungnya nama sang pengirim membuatku tidak betul betul membuatku sakit jantung, hehehe
Namanya dinata, dia teman semasa sma dulu, setiap kegiatan ekskul kami hampir bersama walaupun bukan teman dekat, , basket, taekwondo dan OSIS. Sayangnya ia nasrani, tapi punya  tenggang rasa yang cukup luar biasa. Awalnya ia memanggilku dengan pangilan ai, tapi suatu hari ia memangilku dengan panggilan, din..aku tanya maksudnya, lalu ia hanya mengatakan bagus dan cocok untukku . Why not, sejak saat itu ia memanggilku dengan panggilan din, singkatan dari dinda..

Tama



Kelak akan kusampaikan pada dunia, tentang citra dan karya manusia
Melalui pelataran dunia untuk menyampaikan beribu makna
Tentang cinta, kasih sayang , kesabaran untuk sesama dari TuhannNYa

Mulai minggu lalu aku mendapatkan tambahan kegiatan, tetap sama sih temanya, MENGAJAR. Kali ini memang agak sedikit diuji dengan kesabaran, karena orang tua dari si anak sudah terlebih dahulu memberitahukanku bahwa ia harus ulang semuanya dari awal, sangat awal. Kufikir memang materi dasar tapi tidak, aku memang harus mengulang dari saaaangat awal.

Sebut saja namanya tama ( hehe, minjam pemeran dalam sinetron dewa ) , pertama kali yang kuajari adalah matematika. Yup satu pelajaran yang membuat semua orang mengeryit kan muka dan selalu menggelengkan kepala sebelum memulai. Materi awal yang kami pelajari tentang logaritma. Saat ia mendengar penjelasanku ia faham, tetapi setelah mendapatkan soal baru ia bingung harus melakukan apa, aku merasa gagal sih. Tapi seperti biasa, sebelum aku 
mendapatkan titik pencapaian bagaimana menaklukkan seorang anak, aku belum menyerah, cieeee...ku ulang dengan lebih lambat dan pelan, berulang kali. BERULANG KALI!!!( dipertegas lagi, biar kesannya dalem ) . 15 kali mengulang model sosal yang sama dengan pemahaman yang sama, aku tidak tahu dimana letak kesalahanku sehingga ia belum mengerti juga, sementara adikku yang sama sama belajar saat itu sudah berguling guluing ria sambil mengeluh, “Kak aiiiii, lanjutttttt” , aku hanya cuek dan memberikan dia soal baru, hehehehe

Minggu, 16 Oktober 2011

Pilihan sulit


Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.

Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa/mahasiswinya:

"Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar."

Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.

DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis.

Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.

Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, Socrates, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" .

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Kasih yang Sebenarnya


Sejak kuliah, radio merupakan salah satu teman yang selalu menemani saya ketika sedang mengerjakan tugas, belajar, maupun santai. Tidak pernah bosan rasanya mendengarkan acara-acara yang disajikan oleh berbagai macam stasiun radio.

Suatu malam, di sebuah stasiun radio, sedang berlangsung acara dimana orang-orang berbagi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang semula tercurah pada tugas statistik beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya.

Love U, Dad.


Tuk’ smua ayah d dunia n special thank’s buat Papa
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau
lakukan seharian?

Aku mulai mengerti cinta ketika maut menjemput Suamiku!!


Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami.
Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

For Us


Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif- nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa ?", tanya suami saya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,"jawab saya.

'HANYA'

“Aku kesal dengan semua kebijakan yang ada, aku kesal kenapa mereka yang sudah susah payah menciptakan sistem itu, menghancurkan ciptaannya sendiri dengan dalih ‘hanya’ sedikit perubahan”. Lagi lagi kata ‘Hanya’ yang membuatku kesal dengan segala alasan yang menyertainya. Maaf , kalau kekesalan ini yang telah memberikan efek ke segala arah. Tapi justru ini ‘hanya’ sedikit coretan dari kegalauan yang kujalani sekarang. Kegalauan yang kata pak Mario teguh ‘hanya’-lah imajinasi tinggi, membuatku harus mengguncangkan duniaku untuk menurut pada sistem yang ‘hanya’ sekedar perjanjian dan tulisan.

Seindah Warnanya


Tak pernah kubayangkan yang terjadi saat ini adalah kenyataan. Deru ombak yang selalu kudengar disore hari, kini kurasakan sejuknya di pagi hari. Teriknya mentari tiap hari kunikmati sekarang, hangatnya sang mentari menyapa di setiap pagi. Mimpikah ini?kurasa iya. Tak sedikitpun aku menyia-nyiakan waktu yang telah terlewati beberapa kali ini. Begitu indah, sempurna dan sangat nyata. Sebelumnya tak ada yang mampu membuatku tersenyum ceria selama itu, tawa yang begitu lepas, hati yang begitu tenang.
Inikah nikmat yang engkau janjikan setelah ujian yang diberikan beberapa waktu lalu, Ya Rabb ?
Bahkan kalimat, “aku bersyukur”-pun tak mampu menggambarkan betapa besar rasa syukurku untuk kebahagiaan yang kuperoleh selama ini. Seperti terlahir sebagai pribadi baru yang benar-benar memantaskan diri untuk kebahagiaan orang lain bukan kebahagiaan diriku. Ku coba resapi setiap waktu yang kulalui, dan masih kupastikan ini mimpi yang tertunda dulu. Tapi nyatanya kebahagiaan ini terlalu nyata untuk kunikmati, ini kehidupanku. Sekarang, dan begitu indah ....
Kecuekan yang dulu menjadi bagian dari diriku, perlahan mulai berangsur hilang walaupun belum hilang sepenuhnya, Kepekaan yang dulu hanya di batasan biasa, sekarang menjadi luar biasa. Senyum yang dulu hanya pelengkap canda sekarang menjadi penghias wajah.

Minggu, 04 September 2011

Tears

Maafkan...
Jika senyumku tersembunyi di balik air mata
Dan kata kata mesra menjadi tanpa daya,
karena terperangkap dalam prasangka
Tapi Tuhan tahu...
Cinta yang ku punya lebih berwarna dari yang kau kira
Dan Tuhan pun setuju...
Kau lengkapi satu keping yang terpisah dahulu
Menjadi satu kesempurnaan

# Lagi Aneh Sendiri , Huffhhh


Sabtu, 02 Juli 2011

Sergapan Rasa Memiliki

Kutipan salah satu bab di dalam buku Jalan Cinta Para Pejuang, Sergapan Rasa Memiliki

..milik nggendhong lali..
rasa memiliki membawa kelalaian
-peribahasa Jawa-

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.

Poetry

Sore hari aku menyibukkan diri dengan buku bacaan, dikala kesunyian rumah yang begitu hampa kurasa. Salim A Fillah menawarkan kesejukan hati melalui siraman berupa rintik-rintik hujan yang menyemai berbagai kata tumbuh bermekaran dalam sebuah puisi indah. Puisi indah yang mengingatkanku tentang perjuangan seorang hamba, yang dalam penantian memanfaatkan kesatu  persenan yang ia miliki dalam ruang yang tak mungkin ia sangka akan terbuka bak tanpa kunci yang pernah menyekapnya..

Aku & Kamu, Bersama...

 Sepi ini tak kan membunuh kita ... Habiskan malam walau tanpa bintang ...

Perbedaan diantara kita, pemberi warna di kehidupan. Tidak ada permulaan akan kedekatan kita, hanya dua orang hamba Allah yang sama-sama memiliki kebiasaan buruk karena tidak memanage waktu makannya dengan baik. Alhasil selalu ada rekap jadwal makan setiap harinya, hehe. Hari ini aku yang bertugas membeli sarapan kita berdua, dan besok giliranmu.Hari hari kita lalui seperti itu, sarapan , makan siang ataupun sore jia kita masih bersama. Saudariku, aku belum mengenalmu terlalu lama, tapi seakan namamu telah menempati ruang yang dalam di hatiku.Apalagi saat kita menghabiskan waktu semalaman saat acara perkemahan, saling menemani di kegelapan malam yang saat itu tepat gerhana bulan. Dengan ketakutan dan keusilan yang sama, kita melakukan hal-hal yang membuat kita tertawa sendiri. Celotehmu, tawamu membuatku tidak merasakan kantuk sedikitpun. Pagi pun aku masih terus tertawa bersamamu, walau letih yang amat sangat kurasakan ditubuh ini. 

Balance

Sejenak kurasakan air wudhu yang masih membasahi wajahku, begitu dingin dan sejuk. Kesegeran langsung menjalari seluruh tubuhku. Di sepertiga malam aku terbangun , keinginanku untuk berkhalwat denganNya adalah hal yang paling kunantikan di setiap malam-malam ku. Ku langkahkan kaki menuju kamar, ku kenakan mukena dengan renda hijau kesayanganku. Menatap wajah yang masih lelap tertidur, menghampirinya, lalu degnan tetesan air wudhu , sengaja aku tujukan tepat ke arah pipi dan matanya. Ia terkejut dan membuka matanya, langsung kusambut dengan senyum, “Kita sholat yuk ... “ . Dan dia, sosok yang selalu kutunggu senyumnya, mengusap kepalaku .Tersenyum.

Kebenaran & Kasih Sayang

Mungkin perkara yang mudah bagi sebagian orang untuk memilih kasih sayang diantara dua pilihan, kebenaran dan kasih sayang. Tapi alangkah sulitnya bagi seseorang untuk memutuskan secara objektif, demi kebenarankah atau hanya sekedar kasih sayang. Bukan aku ingin menepikan makna kasih sayang itu, tapi aku hanya ingin menempatkan sesuatu pada tempatnya. Biar keadaan sinkron, sesuai dengan yang dibutuhkan.
Entah kali keberapa aku harus berbeda pendapat dengan atasanku. Di satu sisi sebagai seorang wali kelas, aku ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak didik ku. Disisi yang lain, aku juga sebagai seorang guru yang mengetahui kemampuan mereka dari segala bidang. Untuk apa juanya proses yang selama ini anak-anak didik ku dan juga perubahan yang dilakukan oleh guru-guru yang berhati mulia untuk meningkatkan kemampuan anak-anak. Jika hasil konkrit yang mereka peroleh di akhir adalah sebuah rekayasa. Yah hanya rekayasa...

Minggu, 19 Juni 2011

Mentari

Usai kebersamaan kita, kumaknai alam lebih dari sebelumnya. Terlebih pada satu ungkapan hati yang terlalu berarti untuk dimaknai Ukhuwah itu pun seperti melekat bagai beratus tahun sudah lamanya, senyum yang engkau hadirkan selama itu menjadi pengobat dalam hari-hariku. Aku bersamamu dalam suka dan duka, aku juga menghadirkan dirimu dalam setiap suasana. Bayangan akan kebersamaan selalu mengisahkan tentang kebahagiaan dua insan yang meresapi makna persaudaraan seutuhnya.
Siapa yang menyangka, kebersamaan ini adalah awal dari perpisahan yang segera datang.
Untukmu, Ukhti Eka..Terima kasih atas hangatnya kasih sayang yang engkau berikan, sehangat mentari pagi yang perlahan menyemangati hari-hariku dalam indahnya senyuman...
Subhanallah

Rabu, 08 Juni 2011

Kurasa

Bertepatan dengan pergantian waktu yang kulalui, berbagai ujian datang silih berganti. Boleh jadi karena aku diharuskan untuk belajar tentang sesuatu, boleh jadi pula Allah ingin memberikan hukumannya pada hamba yang selalu khilaf ini. Tapi aku begitu yakin, ujian ini adalah salah satu jalan agar membuatku lebih mempercayaiNya..

Kurasa Allah ingin mempercayai segenap hatiku, bahwasanya tidak ada kepercayaan yang paling utuh selain percaya dan berharap padaNya. Bukan saja dalam hal akhirat yang memang menjadi hal yang ghaib bagi kita, tapi juga permasalahan dunia yang menjadi bahasan keseharian. Allah ingin aku mempercayainya, bahwa lebih baik mempercaiNya, daripada kepada makhluk selainNya. Karena Dia sebaik-baik penjaga. Penjaga rahasia hati, penjaga hati , juga penjaga apa yang kurisaukan.

Kurasa Allah juga ingin mengujiku, lagi lagi tentang arti sebuah perpisahan adalah awal dari pertemuan. Dimana setiap kali aku mulai menitik beratkan kasih sayangku pada seseorang, pasti disaat yang sangat singkat aku akan kehilangan orang tersebut. Bukan memutuskan suatu perkara atau takdir untk diriku sendiri, tapi setiap kali ini terjadi , semakin kusadari. Allah sangat pencemburu, Dia tak mau, aku-hambaNya, berlebih dalam menyayangi dan mempertahankan sesuatu. Rabbi, lagi-lagi Engkau ajarkan aku untuk selalu kembali padaMu setelah aku merasa kehilangan sesuatu. Hingga akhirnya aku yakin, hanya Engkau yang tak pernah berakhir, hanya Engkau yang tak pernah pergi, Hanya Engkau yang tak pernah terganti,,,,

Kurasa Allah ingin membuatku lebih mengerti akan kehendakNya. Lebih mengajakku untuk mempertahankan kondisi hatiku pada sebaik baik tempat. Memperlakukan hatiku untuk selalu bermunajat lebih padaNya. Hingga aku sadar, aku berada disaat yang seperti ini adalah kehendakNya, utuh kehendakNya, untuk mendekatkan aku dengan diriNya

Rabbi,Alhamdulillah..Titik titik air mata ini menjadi saksi, aku mempelajari sesuatu yang berharga dalam hidup.Tentang diriMu, yang tak pernah jauh dariku...

Minggu, 05 Juni 2011

Kisah Wanita yg selalu menjawab dengan Al Quran.

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum warahma wabarakaatuh.”
Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih”)
 

Saksi

Berawal dari sebuah perjumpaan yang tak disengaja, kala aku tengah melaksanakan penelitian sebagai tugas akhirku dikampus. Aku pun diminta untuk menggantikan seorang guru matematika untuk mengajar, tepatnya kelas XI IA 1. Gadis itu bernama arrie. Kesan pertama yang kudapat , ia seorang gadis yang pendiam, tersirat ketegasan, ketegaran dan kesabaran. Diakhir pelajaran, ia menjumpaiku dengan menanyakan keluangan waktu yang aku punya. Aku pun mengiyakan. Dari kesempatan itulah, akhirnya kami begitu dekat dari hari ke hari. Begitu banyak pertanyaan yang aku dapatkan darinya, membuatku bukan menjadi seorang  yang pandai untuk bisa menjawab ribuan pertanyaannya. Tapi justru mengarahkan diriku untuk lebih mencari jawaban yang kreatif agar ia dapat memahaminya.

Kemauannya untuk mengetahui islam, membuatku semakin yakin dengan kehadirannya dihatiku. "Aku akan menyediakan tempat dihatiku, untukmu , arrie ". Pernyataan yang menjadi ikrarku itulah yang semakin lama membuat ikatan hati ini semakin erat. Diantara kami berdua. Diawali dari sebatas perjumpaan sebagai seorang guru dan murid. Menjadi seorang sahabat yang berbeda usia, dan sekarang menjadi lebih erat, bahkan lebih dari seorang kakak dan adik . Ia menjadi bagian dari hidupku. 

Sikapnya yang kritis, membuatku kadang harus banyak mengolah kata. Tapi tak jarang aku sering meledek-nya. Entah siapa yang memulai, aku atau dia, dengan ledekan itu , semakin mewarnai kebersamaan kami. Dalam sukanya, sedihnya, dalam kecuekan ku, dalam kesendirianku juga dalam diamku. Aku termasuk orang yang sangat ingin menjauh dari orang lain saat aku sedang diliputi masalah, tapi jika ia, arrie, yang kuanggap adikku, aku tidak bisa menolaknya. Aku akan menyediakan sebanyak waktu ku untuknya. Mungkin hanya sekedar mendengar cerita dan pertanyaannya, tapi dari setiap kesempatan bertemu itu, aku selalu menemui rasa syukurku padaMu Ya Rabb. Syukurku atas apa yang telah mempercayaiku untuk mengirimkan ia padaku.
Semakin lama, ia semakin mempercayaiku, menceritakan masalah yang mungkin menjadi privasinya. Dan aku pun mulai memposisikan diriku, aku bukan lagi sahabatnya, tapi aku sebagai kakaknya. Saat pertama kali kulihat ia meneteskan air mata didepanku, entah apa yang kurasakan. Rasa sedih yang luar biasa, tapi aku tidak mampu menangis didepannya, aku bahkan mencoba tersenyum dan membuat lelucon untuk melihat senyumnya kembali, walaupun hanya sesekali berhasil. Hanya sekali senyum, itu cukup.

Waktu berlalu dengan cepat, suatu sore ia mengatakan satu hal yang membuatku tersentuh, "arrie pengen memakai jilbab selamanya dan konsisten". Aku terharu dan tersenyum padanya. "Kakak doakan yah, arrie memang the best, hehehe". Sejak hari itu, ia masuk kedalam deretan doa khusus yang kupanjatkan setelah keluargaku. Karena aku sudah menempatkan namanya di sudut hatiku.
Sesering mungkin kami habiskan waktu bersama, entah itu di My Bread, Di pustaka, Mesjid , dan yang paling sering Cafe pustaka. Tempat favorite kami. Dan aku semakin menyayanginya, sebagai adikku . Saat aku dan dia mengikuti seminar kepenulisan Salim A Fillah, aku begitu bahagia dengan semangatnya. Melihat senyumnya, tawanya bahkan sikapnya. Aku ingin sekali menjaganya, sampai kapanpun itu. Terlihat sikap manja, keras kepala, kadang cuek, yang mengingatkanku akan diri sendiri. Seolah aku berkaca kepada dirinya. Dengan nya aku tidak bisa jaim atau menjaga sikap dewasa, aku menjadi diriku apa adanya seperti yang ia inginkan. Tak ingin membatasi sikapku, karena aku tak ingin ia membatasi dirinya denganku. Hari itu, aku dan dia sangat bahagia..Kami berdua sangat bahagia ....

Masalah berganti dengan kebingungannya memilih perkuliahan yang cocok dengan impiannya. Undangan yang sangat ia harapkan pun pupus didepan mata. Aku yang membaca pengumuman itu pertama kalinya, sebelum 15 menit pengumuman online dbuka. Aku sudah menunggu dengan cemas didepan laptop kesayanganku. Aku berharap namanya tertera sebagai salah seorang peserta yang lulus, tapi kenyataan tidak seperti yang diharapkan. Aku pun semakin sedih saat mengabarkan berita itu. Dia tidak membalas sms ku. Ku tahu, ia ingin sendiri. Saat yang berdekatan pula, sahabatku dimedan, memintaku untuk mengunjunginya berhubung ada seorang sahabat lainnya terkena musibah. Aku pun harus pergi, saat kupastikan ia baik-baik saja. Berat rasanya meninggalkan dirinya, saat seperti ini. Tapi dengan adanya komunikasi, kuyakin ia gadis yang kuat. Selalu kucari informasi kabarnya hari demi hari, memastikan ia baik-baik saja. Saat membaca status fb-a, "Kakak cepat pulang..." . Aku menangis ... huffhh..Rabbi, maafkan aku

Saat itu kusadari, semakin lama, Allah ingin mengujinya dengan berbagai ujian. Belum lagi ia tenang, masalah lain berdatangan dalam hidupnya. Aku pun hanya bisa memberikan ketenangan dan motivasi, semua akan baik-baik saja. Walau kutahu itu tidak cukup, tapi yang ingin kupastikan, kehadiranku mengurangi kesedihannya untuk berbagi cerita. Ia menangis didepan ku entah keberapa kalinya, aku begitu sesak menahan tangis itu sendiri. Tapi coba kutahan, kami pun terdiam beberapa saat. Setelah itu, lelucon pun kembali terlontar dan suasana kembali seperti semula. "Arrie, apapun yang diahadapkan padamu saat ini, adalah ujian untukmu menjadi pribadi yang lebih dari orang lain, banyaknya ujian itu yang membedakan kualitas hidup seseorang, tergantung bagaimana ia menyikapinya. Dan kakak yakin arrie bisa"

Hari ini, ia menjumpaiku, mengabarkan padaku, bahwa sambil menunggu pengumuman kelulusan snmptn, ia akan kembali ke kampung halamannya Nganjuk, Surabaya. Tampak awan mendung diwajahnya, ku tahu ada yang membuat ia sedih, ternyata benar. Ia kehilangan sesuatu - barang yang berharga. Ia kesal, belum lagi dengan kondisi hatinya yang mungkin belum benar-benar stabil. Karena kondisi hatinya yang labil hari ini, ia agak bersikap ketus padaku, tapi aku malah bukan merasa di-ketuskan, malah aku semakin meledeknya. Sampai akhirnya masing masing dari kami tidak ada yang mau mengalah. Ku buat ia se-geram mungkin dengan tingkahku, dan ternyata memang 11 12, ia pun melakukan hal yang sama. Great, hari ini kita seri, arrie :P. Aku menemaninya mencari oleh-oleh untuk keluarga. Tawar sana, tawar sini. Ia terus tertawa, dan aku sangat senang melihatnya bahagia, setidaknya awan mendung yang kulihat di awal pertemuan tadi hilang sama sekali, dan ia masih saja meledekku ( Huuffh, hari ini mengalah ). Sampai di akhir waktu, ia memberiku sebuah bingkisan. Sebuah AlQuran mungil berwarna biru yang sangaaaaat aku sukai. Dan ia pun pergi, pamit. Saat perjalanan pulang, aku pun seperti termenung, tidak tahu apa yang sedang kufikirkan. Kendaraan berhenti saat lampu merah, pandanganku kabur, air mataku mengalir  ( Alhamdulillah, pakai helm, ndak terlihat orang lain , hehe ). Sengaja aku keliling kota entah berapa kali, memuaskan diri dengan perasaan yang aku tidak tahu kenapa, aku sedih tapi bahagia melihat dia akhirnya menjumpai orang yang ia rindukan, keluarganya. Mungkin aku bukan kehilangan ia, hanya sesaat, akan terasa kehilangan karena sleama ini kami selalu menghabiskan waktu bersama. Selama perjalanan pulang kerumah, air mataku terus mengalir, tidak terisak, Aku tetap diam, tapi air mata ini terus mengalir. Sesampainya dirumah, mataku sembab.

Arrie, terima kasih telah menjadi bagian dalam hidup kakak, terima kasih telah menjadi tamu dalam hati ini. Terima kasih telah memberikan warna pada sketsa kehidupan ini, dan terima kasih atas ledekan yang tak pernah usai yang kamu katakan pada kakak .. Kakak sayang arrie ....

Adek,,,Ketika kamu akan memahami arti kehidupan ini, barangkali hidup adalah gabungan antara bahagia dan derita. Ia menguji keteguhan iman seseorang. Malang bagi mereka yg hanya mengikut kehendak nafsu, hati nurani hilang, sehingga hidup bagai terombang ambing gelombang lautan..tidak sanggup menerima kebahagian sehingga menjadi lupa diri atau tidak tahan menerima penderitaan dan pada akhirnya menjadi tenggelam dalam kesedihan yang tak berarti. Betapapun dahsyatnya kebahagian toh akan berkahir, begitu pula betapa hebatnya penderitaan juga akan berakhir,,,kesemuanya akan menjadi masa lalu, yg kelak akan menjadi bahan obrolan saat orang tersebut berada di surga Alloh…smoga kita merupakan bagian dari penghuni syurga..insya Alloh Aamin…

Dibalik "Subuh" Dan "Ashar"


Allah Ta’ala berfirman:

حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ
 
“Peliharalah semua shalat, dan (peliharalah) shalat wustha (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238)
 
Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

“Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat subuh dan ashar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta’ala bertanya kepada mereka -dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya)-, “Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 555 dan Muslim no. 632)

Masa Lalu

Mengenang masa lalu untuk kemudian bersedih atas semua kegagalan yang pernah dialami merupakan tindakan sia-sia, membunuh semangat, memupus harapan dan mengubur masa depan.
Muslim yang berpikir cerdas akan melipat berkas-berkas masa lalu, ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘gudang lupa’, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ acuh buat selamanya, karena masa lalu telah berlalu. Kesedihan dan keresahan tak akan mampu memperbaikinya kembali.
Kegundahan tak akan mampu merubahnya menjadi terang, karena memang ia sudah tiada. Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.

Selamatkan diri kita dari bayangan masa silam. “Apakah kita ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya dan air mata ke dalam kelopaknya ? Ingatlah, keterikatan kita dengan masa lalu, keresahan kita atas apa yang telah terjadi adalah tindakan yang sangat naif, ironis, memprihatinkan dan menakutkan.

Membaca kembali lemba-ran masa lalu hanya akan memupus masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Al-Qur’an mengajarkan setiap kondisi yang menerangkan suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah swt selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang lalu.” Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, tak ubahnya seperti menumbuk tepung, menggergaji serbuk kayu.
Orang tua-tua kita mengajarkan, “Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya”. Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan hanya karena disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu.
Sebab yang demikian itu mustahil, karena angin selalu berhembus ke depan, air selalu mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan maju ke depan. Maka itu, jangan pernah melawan sunnah kehidupan! Jika kita berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dan bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari kita dan siangnya menyapa, inilah hari kita. Umur kita mungkin tinggal hari ini.

Anggaplah masa hidup kita hanya hari ini. Seakan-akan kita dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini. Dengan begitu, hidup kita tidak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka cita masa lalu, atau bayangan masa depan yang penuh ketidak pastian bahkan acapkali menakutkan. Mari curahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras untuk hari ini. Mari bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu’, bacaan Al-Qur’an yang penuh penghayatan, zikir dengan sepenuh hati. Keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, ridho dengan semua yang Allah swt berikan, berempati terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta berbuat baik terhadap sesama. Pada hari dimana kita hidup, saat inilah sebaiknya kita membagi waktu dengan bijak.
Jadikan setiap menitnya laksana seribu tahun dan setiap detiknya laksana seratus bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini. Persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini. Bertaubatlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya. Bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan.
Terimalah rezeki, istri, anak, tugas, ilmu, dan amanah hari ini dengan penuh keridhoan. “Maka berpegang teguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hen-daklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS.Al-A’raf: 144). Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jangan lupa, hendaklah kita goreskan pada dinding hati kita satu kalimat : “Hari kita adalah hari ini”. Bila hari ini kita dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka jangan pernah peduli dengan nasi basi yang telah kita makan kemarin atau nasi hangat esok hari yang belum tentu ada. Jika kita percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat maka kita akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada prinsip: “Saya hanya akan hidup hari ini.” Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri kita setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi dan mensucikan semua amalan. Dan itu akan membuat kita berkata dalam hati: “Hanya hari ini saya berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tiada berucap kotor yang menjijikan, tidak akan pernah mencela, menghardik dan juga membicarakan kejelekan orang lain. Karena hanya akan hidup hari ini maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Allah swt, mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali diri dengan shalat-shalat sunnah, berpegang teguh pada Al-Qur’an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfat. Saya hanya akan hidup di hari ini, karenanya saya akan menanamkan dalam hati, semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan, berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, sombong, ujub, riya, dan buruk sangka. Hanya hari ini saya dapat menghirup udara kehidupan, saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun. Saya akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang yang kelaparan, menolong orang yang sedang kesulitan, membantu orang yang dizalimi, meringankan penderitaan orang yang lemah, mengasihi mereka yang menderita, menghormati orang-orang yang berilmu, menyayangi anak-anak kecil dan berbakti kepada orang tua.” Saya hanya akan hidup hari ini, maka saya akan mengucapkan, “Wahai masa lalu yang telah selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu. Kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedikitpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.” Hari ini milik kita adalah ungkapan yang paling indah dalam “kamus kebahagiaan”. Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang indah dan menyenangkan.

From Air Sejuk

Sabtu, 04 Juni 2011

Thank You

It's become so hard, for me to be surprised, 
bringing back the real me,
No judgement in your eyes
About past, about life
Thank you , for a new me

< Terima Kasih atas semangat dan nasehat yang begitu indah terpatri didalam hati >


Jumat, 03 Juni 2011

Bunga

Aku tak kuasa menyamakanmu dengan bunga. Seperti sentuhan tangan manusia yang membelai lembut untuk mengangumi pesonamu. Berdecak kagum akan keelokan warnamu. Seperti cahaya yang selalu setia memberikan cahayanya untukmu, demi kesempurnaan yang ada padamu. Seperti kita, aku dan kamu, memandangnya berbeda oleh karena ruang dan waktu yang tak sama.Karena bagiku, bagimu mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang bunga.

Aku tak kuasa memberimu sekuntum bunga. Saat kutahu pesonanya akan hilang, selepas kelopak itu berjatuhan. Saat kulihat pesona warna itu kusam dan menjadi kering. Saat kuraba dan yang kudapatkan hanya batang yang berduri. Dan saat ku tahu , semua memiliki masa untuk menghidupi raga. Saat kita, aku dan kamu, menganggapnya cantik dengan kepalsuan wangi yang menarik.

Teruntukmu,, cahaya

Teruntukmu, cahaya :

tetaplah di sana, menyilau dunia dengan gelombang cintamu

walau sekadar berkawan udara
Karena ku tahu sabar itu yang mengisi atmosfirmu
tetaplah di situ, membunuh gelap dengan pesonamu

walau sekadar menelan sendu, kesendirian, kepahitan, dan penyiksaan
Karena ku tahu, kamu mampu melegakannya dengan tegukan air mata kesyahduan
 

Kamis, 02 Juni 2011

The End

Syukurku, Itu yang kurasakan akhir-akhir ini begitu berlimpah. Kebahagian demi kebahagian mengalir begitu saja, tenang, damai dan bahagia. Walaupun dalam aliran itu ada sedikit rintangan yang menghalangi, tetapi tetap saja terlewati dikarenakan rasa syukur yang membuatku menerima kebahagiaan yang ada sekarang.

Dalam hitungan jam, aku akan membuat keputusan. Keputusan sekali dalam seumur hidupku. Keputusan yang membuatku harus merasakan kelelahan yang amat sangat khususnya alam fikir, hati dan fisik ku. Begitu banyak cerita yang membuatku tertawa, tapi seiring itu pula banyak cerita yang membuatku tersenyum pahit bahkan meneteskan air mata. Air mata, sampai detik ini, aku masih bisa menghitungnya berapa kali aku menangis setelah lembaran baru kubuka, hanya tiga kali. Terima kasih Ya Rabb, Engkau jaga air mataku dan perasaanku dengan sangat lembut melalui tangan-tangan dan senyum orang-orang yang menyayangiku.

Jumat, 27 Mei 2011

Cukup

Rabbi, jika aku mengatakan aku sangat lelah, 
Betapa tak bersyukurnya aku padaMu dengan segenap kenikmatan yang telah Engkau berikan sampai saat ini
Tak henti henti kupanjatkan syukur yang tak terhingga
Rabbi , ini perjalanan, ada titik temu dan titik akhir
ada pertemuan ada perpisahan
ada kesedihan dan ada kebahagiaan

Seingatku, sekilas perbincanganku tentang roda
roda yang saat itu tengah berada pada seperempat lingkaran
tengah berproses menuju puncak kebahagiaan
itu yang kuharapkan,,,
tapi ini keterbalikan, 
justru saat aku mencoba untuk terus meraih puncak kebahagiaan
tarikan dari bawah justru semakin kuat
Magnet yang dulu sudah kehilangan medannya, kini seolah bangkit
Bahkan lebih kuat, mencoba kekuatanku untuk menempuh kebahagiaan
Aku pun semakin tak berdaya seolah aku harus melawan gaya gravitasi itu
Jika tak karena aku yakin kepadaMu, Rabbi...
mungkin aku sudah ingin pergi dan tak kembali
 
 Aku masih akan mencoba, mencoba menemukan jawaban dari usaha bersamaMu
Tak kupedulikan lagi apa yang menjadi kebahagiaan dan kesedihan
Aku kembali kepada tujuanku, Tujuan hidupku, tujuan matiku
Aku Milikmu, Ya Rabbi

Kamis, 26 Mei 2011

Tangga Nada

Sulit ya ternyata untuk membuat satu lompatan dalam hidup. Tidak sekedar  menekan tuts piano lalu akan menjadi melodi yang indah . Tapi bagaimana tarian jari jemari bermain diatasnya dengan ritme yang sesuai,  tidak cepat, tidak lambat. Saat ini rasanya aku ingin bernyanyi, sepuasnya dengan tangga nada yang kusukai, walaupun aku bukan pencipta lagu yang ulung, tapi tak apalah aku hanya mencoba bermain dengan tangga nada ini sendiri. 

# Do -- Aku memulai langkah awal dengan sedikit keraguan. Aku harus merencanakan intro yang mampu membuat mereka tercengan nantinya. Kuciptakan not not yang semakin lama membuatku pusing sendiri memikirkan bagaimana kelanjutannya. Dan aku pun berhenti sejenak, bertanya pada hati untuk intro selanjutnya. ( Done )

# Re -- Yee ... Segala bentuk not sudah kusempurnakan, 50% dari hasil  karyaku, 20% terinspirasi dari karya yang kusenangi, 10% dari saran pendengar setiaku, 10% masukan dari pelatih ku, dan sisanya semangat dari pendukungku. (Done)

# Mi -- Nada intro sudah mulai kuperdengarkan pada mereka. Mereka menyukai 10% dari 50% karyaku, 10% saran dari pendengar setiaku diterima dengan antusias. (Done)

# Fa -- Aku mengulang memutar nada nada itu, untuk diperdengarkan. 20% dari nada yang kusenangi diterima dengan baik oleh penikmat musik, serta motivasi yang dihadiahkan dari 10% semangat dari pendukungku.(Process)

# Sol -- Masih berusaha untuk memperindah nada yang kuciptakan, kali ini, akan kutunjukkan pada pelatihku, akan kumainkan 10% masukan darinya ditambahi dengan 10% karyaku, yang kugabungkan dalam melodi yang indah . ( Process )

# La -- Genggaman selamat kuperoleh dari , memacu diriku untuk menyempurnakan melodi indah itu. Tapi hanya sampai 20 % ( Process )

# Si -- Hufffhhh...Hari ini aku harus memperdengarkannya pada semua orang, didepan khalayak 
ramai. Mampukah aku mempertanggung jawabkan melodi indah yang kuciptakan bersama helaan nafasku dalam seminggu ini ... (Process )



Selasa, 24 Mei 2011

ARITMATIKA

Senyum yang menemani lelahku, membuatku kurang bersemangat pagi itu. Ditambah lagi dengan kegelisahan dimalam selasa yang aku rasakan. Hufff...Seolah olah semangatku berhasil tertimbun begitu saja. Rutinitas pagi pun terlaksanakan seperti biasanya. Aku menikmati sarapan dalam dinginnya pagi, mama menemaniku. Lalu beliau bercanda, aku pun tersenyum simpul. Ku lihat raut mukanya serius, saat beliau menanyakan sebuah perihal yang membuatku menatapnya dalam. Beliau tersenyum, ingin membuatku yakin, kalau yang aku dengar saat itu benar adanya. Ku jawab apa yang beliau tanya, perkara demi perkara berurutan menuntut jawaban dalam ketidak percayaanku. ( Sebenarnya mau ketawa, cuma karena lelah, aku pun rela menjawabnya, hahaha)

Senin, 23 Mei 2011

Weary

Malam ini aku begitu gelisah. Jangan tanya kenapa, aku sendiri tidak tahu penyebabnya. Kegalauan itu hadir seusai magrib. Tak satupun yang dapat mengisi waktuku. Awalnya kuambil buku, lalu kubaca. Nihil, tak satupun kalimat yang kupahami, satu persatu kata hanya lewat bahkan hanya mampir sekejap mataku. Ku temui orang yang kusayang, Mama. Ingin kutanyakan sebab, tapi aku sendiri pun tak tahu harus bercerita seperti apa. Kulewati waktu bersama adik kecilku, bermain hingga waktu isya tiba. Kujumpai Rabbku dalam rindu. seusai sholat pun, aku hanya terduduk menyandar. Hening . Air mata pun jatuh, Kupandangi lagi kaligrafi di dinding kamarku, air mataku semakin deras mengalir. Hufffhh....semestinya aku tahu kenapa kebingungan ini hadir tiba-tiba. Aku terima jika aku tahu penyebabnya, tapi justru sebaliknya, aku tidak tahu....

Usai isya, kucoba lagi membaca buku. Tapi sayang..terulang lagi, tak satupun mampu kumaknai, aku semakin bingung. Bergegas ku berwudhu untuk menenangkan hatiku dan mengingatNya. Sesaat aku merasa tenang. Aku kembali ke pembaringan.Mencoba menutup mataku, sulit. Kulihat waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, hufffhh...berapa lama lagi aku harus menutup mataku, karena aku ingin istirahat. Satu jam berlalu begitu saja dalam kehampaan bersama nasyid dan buku yang terus kubaca, terus kusibukkan pemikiran ini biar ia tak mengalir dan merasa resah berkesinambungan.

Tarraaa.....!!!!!!!!!!
Pukul 22.00 , aku benar-benar bingung, entah berapa kali aku harus bolak balik dari kamar, ke dapur, keruang keluarga, menyibukkan diri sendiri, tapi lagi lagi aku tetap merasa gelisah. Dan inilah,,ku putuskan untuk menulis kegelisahan hatiku...Ku biarkan tulisan ini mengalir, tak kupedulikan sastra yang biasanya ingin kurangkai, tak kufikirkan kata-kata puitis untuk menghiasi tulisan malam ini. Maaf....karena aku sendiri sedang tak mengerti apa yang harus, sedang dan akan aku lakukan...

Bersama malam yang sebenarnya ramai, tapi terasa begitu sepi tak seperti hari biasanya. Ku tutup tulisan ini dengan menyemangati diriku sendiri, mungkin ini sementara ( Amiiin ) . Kuharap kegelisahan ini hanya sementara yang akan berujung pada kebahagiaan. Yaaapp...aku percaya pada diriku sendiri,,,,Sekali lagi air mata ini jatuh, tetapi....dengan senyuman...

Minggu, 22 Mei 2011

Hilang

Bukan kita yang memilih takdir
Takdirlah yang memilih kita
Bagaimanapun, takdir bagaikan angin
Bagi seorang pemanah
Kita harus selalu mencoba
untu membidik dan melesatkannya
Disaat yang paling tepat

Dan aku pun harus terduduk dalam diam, meresapi arti dalam setiap keheningan. Apa yang kurasa bukan sesuatu yang luar biasa. Hanya sebuah rasa yang harus terbiasa dengan asa. Kugenggam kebahagiaan, adakalanya itu terjadi. Memiliki segudang arti tentang kesenangan dan kemurnian jiwa dalam senyum yang tak terkira. Tapi..Ada masa saat harus kulepasan kebahagiaan demi sebuah kebeningan jiwa dan kealphaan seorang hamba yang tak memiliki daya sedikitpun.

Apa arti sebuah kata kerja, dalam makna memberi itu posisi kita semakin kuat. Kita tak perlu kecewa atau terhina dengan adanya keterbatasan, atau lemah, melankolis saat kandas karena takdirNya
sebab disini justru sedang kita lakukan sebuah "pekerjaan jiwa" yang besar dan agung
"MENCINTAI"
Sebuah kata kerja yang melahirkan makna hakiki tentang arti memberi dan menerima dalam segenap urusan jiwa.

Note : Aku sedang ingin DIAM

Jumat, 20 Mei 2011

Share Aja

Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat paling nyaman di hatimu, hingga setiap kali ia menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar di sana. Kau tak akan pernah lelah belajar mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak abai sekejap pun atas keberadaannya. Maka sampailah kau pada keputusan itu: kau akan setia pada tiap nafas, getar, gerak saat bersamanya, hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau mendambakan hari di mana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara, di taman surgaNya...


--Dari Mbak Helvy Tiana Rosa--

Minggu, 15 Mei 2011

Lelaki Cahaya

Gadis remaja itu datang dan duduk bersender disebelahku usai dhuha di Jumat yang indah. Gadis yang darinya aku belajar tentang kelembutan dan kesabaran, begitu pula dalam kedisiplinan dirinya memelihara fokus untuk targetnya. Diumurnya yang masih belia, ia sudah menghafal beberapa juz. Subhanallah. "Udah dhuha?", aku menatapnya lembut. "Alhamdulillah, sudah bu..cuma mau duduk duduk aja disini, ngobrol-ngobrol, hehe". Aku tersenyum. Sebut saja namanya Fida. "Ibu, ceritakan tentang ukhuwah". Aku menghela nafas, bukannya mudah untuk merangkai kata dan membahasakan pemahaman itu pada seorang gadis remaja. Aku juga bukanlah pakar yang mampu melafadzkan banyak firmanNya dan hadits. Aku juga tak memiliki cukup ilmu untuk memberikan jabaran yang luas untuknya. Tapi ini untuknya, ulasan yang sederhana yang kuharap mampu ia terima dengan kesederhanaan bahasanya. 

Tak Terdefinisi

Jika cinta adalah matematika, maka yang mencintai kita akan mengalikan kebahagiian sampai tak hingga. Membagi kesedihan hingga tak berarti,  menambah keyakinan hingga utuh,  mengurang keraguan hingga habis. Ya Rabbi, tak sanggup aku mendeskripsikan hitungan cinta yang engkau berikan. Dalam bentuk bilangan nyata kah atau imajinerkah itu. Rasional atau irrasional,Sungguh aku tak mampu membayangkannya

Masihkah kamu bertanya?

Masihkah kamu bertanya??
Bukan aku tidak mau menjawab, tapi aku masih menggenggam butir-butir pasir putih nan lembut untuk dapat kita susun dalam kehampaan atmosfir kita nantinya. Kuambil, kusimpan dan kujaga agar dapat mengingatkanku bahwa aku memiliki unsur terindah untuk kita. Ku kumpulkan dalam satu wadah sebening kaca dan seindah kristal agar aku dapat selalu memuji keindahanNya. Walaupun ia hanya pasir putih yang ringan, tapi pastilah butr itu menjadi pelengkap kesempurnaan keindahan lautan. Aku masih menggenggam pasir putih ini untukmu, dan untuk kita.

Kabar

Dan dia pun melangkah pergi tanpa kabar
Hanya angin yang menemani senyapku
Bersama kebingungan yang menyatu dalam jiwa
Ada apa?? Salahkah aku??
Sehingga tak sekalipun kamu menolehkan wajahmu
Isyaratkah ini, isyarat agar aku melupakanmu
Melupakan harapan yang kuyakini dalam mimpi
Harapan yang hadir usai istikharah
Harapan yang hadir saat aku begitu bersemangat
untuk melakukan apapun karenaNYA

Dik Triesna

Foto Saya
Dik Triesna
"Allah Tetapkan Apa Yang Terbaik Bagi HambaNya dan Akan Indah Pada Saatnya, Bersabarlah..."
Lihat profil lengkapku