topbella

Jumat, 06 Mei 2011

Pohon dan Kucing

 Suatu hari seorang sahabat pernah bertanya padaku, "Kamu boleh memilih, untuk menjadi pohon atau menjadi kucing". Spontan aku menjawab, "Menjadi kucing yang berteduh dibawah pohon, hehehe". Langsung terasa cubitan ditanganku. Pertanyaan itu mungkin sederhana bagi siapa saja yang membacanya, begitu juga denganku. Sepintas memang sederhana, tapi saat kufikirkan ternyata itu bermakna. Seingatku pertanyaan tersebut ditanyakan saat aku sedang dibangku SMA. Saat  itu aku menjawab memilih menjadi pohon. Lalu ia menanyakan alasannya. 

"Pohon bagiku layaknya tempat dari segala tempat. Berdiri tanpa harus merepotkan orang lain, kecuali yang penuh ulat bulu ^_^. Tak harus meminta untuk mencari makan, tak harus mengeluh saat harus berada dibawah terik matahari, tak harus memohon untuk diperhatikan.Hanya berdiri, setegar pohon dan menjadi saksi atas setiap kejadian yang berlalu lalang". Aku menatapnya.
"Bukan berarti menjadi kucing itu tidak baik, tidak. Terkadang aku ingin belajar kesetiaan dari seekor kucing. Saat mereka masih memerlukan kehangatan dalam pelukan induknya, mereka harus rela ditinggal pergi. Menjerit kehausan atau merintih kelaparan. Dengan ringkihnya tubuh-tubuh kecil itu belum bisa menopang tubuh mereka sendiri, tapi mereka tetap menunggu sang induk. Hanya selang beberapa waktu, mereka belajar mandiri, yaah aku faham semua kita makhluk hidup melakukan segala cara untuk bertahan hidup. Apapun itu. Kucing itu dengan sendirinya belajar mencari mangsa, tapi tak jarang pula belajar mencari arti kasih sayang bagi dirinya sendiri. Bayangkan saja, setiap pagi kucing itu datang mendekat dikakiku, yang aku tahu ia ingin dibelai. Layaknya berbicara dengan anak kecil, aku membelainya. Dengan senyum dan sesekali bermain dengannya. Apa yang terjadi saat kita memutuskan untuk tidak memeliharanya lagi, membuangnya disuatu tempat.Dia hadir kembali, dia kembali kepada kita. Kesetiaan. Kesetiaan yang mengajarkan diriku untuk mengingat. Mengingat kasih yang harus kuukir diatas batu agar ia kekal".

Aku dan kamu, juga punya pilihan khan, memilih pohon atau kucing, itu adalah pilihanmu, pilihan hatimu.

Ingin kubagikan suatu kisah. Tentang beliau yang sudah memberikan banyak keteduhan bagiku, saat aku berada diterik matahari, ia melindungiku dengan rindang daunnya. Membuatku merasa nyaman dan tenang. Beliau seorang guru yang mengajar ditempat yang sama denganku. Penampilannya sederhana, walaupun seringkali setiap pagi ia datang dengan wajah pucat. Wajar saja, ia sedang hamil muda. Tapi dengan keadaannya seperti itu , ia terus mengajariku untuk menjadi setegar pohon yang tak harus meminta pertolongan yang lain, karena memberikan pertolongan lebih dululah yang lebih baik.

Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah

Keadaannya yang lemas, membuatku merasa iba. Tapi apa daya, ia tetap melakukannya sendiri, padahal disekitarnya ada orang yang bisa membantu. Saat itu kulihat ia sedang mengangkat kaca meja yang agak berat menurutku. Aku dan guru lain langsung berlari menuju beliau, lalu membantunya. Huffh, saat kutanya padanya, "Kak, panggil kami aja, pasti kami bantu kok". Beliau nyengir, "Ga papa, ngerepotin nanti". Aku hanya bisa geleng-geleng. Lain waktu kulihat ia mengangkat galon aqua kedalam ruangan kantor. Dan kali ini, beliau membuatku merasa shock, bagaimana tidak. Aku hampir menjerit memanggil namanya. Aku takut terjadi apa-apa dengan beliau. Begitu pula dengan hal lain, hatinya selalu terikat dengan saudaranya, ukhuwah yang ia prinsipkan dalam hidupnya menjadi ciri khas. 

Pernah suatu ketika, ku tahu pagi itu beliau belum sarapan pagi dan membawa nasi bungkus, tapi karena waktu belajar sudah tiba, beliau langsung masuk. Saat istirahat seorang guru lain datang dengan wajah lemas juga, dengan alasan belum makan. Beliau langsung memberikan nasi bungkusnya, dan mengatakan "buat kamu aja, kakak sudah makan". Aku yang berdiri disitu, hanya menatap beliau, tatapan bertanya. Beliau hanya tersenyum. Selagi ia masih bisa mementingkan kepentingan saudaranya , ia akan lakukan itu. Selagi ia masih bisa melakukannya semua sendiri, ia akan lakukan itu sendiri. Sama seperti pohon yang tak perlu air untuk tumbuh, karena air itu akan turun dari hujan sebagai rahmat dari Allah, ia tak perlu diberi pupuk, karena ia akan tumbuh dengan sendirinya dengan cukupnya fasilitas yang ia lengkapi dengan sendirinya. Ia tak perlu meminta makanan, karena ia dapat mencari makanan sendiri dari akar yang mencari air dari sela bawah, atau dari hasil fotosintesis. Ia tidak harus berganti rupa, karena ia beradaptasi dengan musim, dengan sendirinya. Dan ia menawarkan keteduhan bagi siapapun.

Hari itu, beliau menjadi imamku. Setelah sholat zuhur, kami duduk bersandar dimusholla sekolah. Aku dalam dzikirku begitu pula beliau. Tanpa kutanya, dan tanpa permintaan penjelasan, Beliau bercerita " Ini anak kakak yang ketiga sebenarnya, yang pertama kakak keguguran. Yang kedua saat berumur dua minggu, saat yang kedua dipanggil Allah, semakin ada kekuatan dalam diri kakak. Hidup ini milik Allah sepernuhnya, Seutuh utuhnya. Tidak ada yang kita miliki sedikitpun. Bagaimana kakak selama ini bertahan degnan melakukan semua sendiri adalah karena kakak ingin berbuat lebih untuk orang lain, hidup ini milik Allah, dan dengan milikNya inilah kakak ingin mengartikan hidup kakak untuk berbakti bagiNya. Tidak lagi menaruh harapan pada selainNya selagi kakak mampu. justru kakak ingin kakak selalu memberi, tapi kakak sadar kakak memiliki batasan. Dek, dimanapun, dengan siapapun atau sesakit apapun diri kita selagi masih sangggup untuk tidak merepotkan orang lain. Berbuatlah, lakukan semua untuk Allah, insyaAllah kekuatan Allah mengalir dalam diri. Dialah pencipta". Renungan itu berakhir dengan gerimis yang membasahi bumi dan membasahi pipiku.

Note : Terima kasih kak munawaroh, telah menjadi inspirasiku setiap saat. Terima kasih telah menjadi contoh untuk suatu keteladanan ukhuwah. Please, jangan buat aku menjerit lagi , hehe

0 komentar:

Posting Komentar

Dik Triesna

Foto Saya
Dik Triesna
"Allah Tetapkan Apa Yang Terbaik Bagi HambaNya dan Akan Indah Pada Saatnya, Bersabarlah..."
Lihat profil lengkapku