topbella

Sabtu, 04 Desember 2010

Apa Ini Apa Itu

“Suatu hari seorang anak dan ayah sedang duduk disebuah taman didepan rumah. Saat itu hati anak tersebut sedang diliputi rasa bahagia, karena pada hari yang sama ia baru saja wisuda. Perjuangan yang telah ia perjuangkan beberapa tahun terakhir. Ayahnya begitu bangga padanya dan memujinya.Sang anak terus berceloteh perjuangan selama ia kuliah, senang , sedih kesal dan sebagainya. Setelah puas menceritakan tentang ‘’tangga hidup’’ sang anak. Mereka terdiam mengamati langit sore yang indah. Tiba tiba sang ayah berceletuk sambil menunjuk ke udara, ‘’Itu burung apa nak?’’. “itu Merpati yah”,jawab sang anak. Ayahnya mengangguk. Lalu mereka terdiam lagi. Selang beberapa menit kemudian ayahnya bertanya lagi, “Itu burung apa nak“. ‘ Itu merpati yah’’.Dan mereka pun berbicara tentang hal lainnya lagi. Selang beberapa saat ayahnya menanyakan hal yang sama , ‘’itu burung apa ya nak ?”.  ‘’Itu merpati yah , gimana sih , dari tadi khan saya sudah saya jawab itu merpati, kok ayah nanya lagi dengan hal yang sama . Sudah berapa kali ayah tanya. Dan saya menjawab itu merpati,  itu masih burung yang sama yah , itu merpati”, jawab sang anak agak sedikit kesal , karena berulang ditanya pertanyaan yang sama. Lalu sang ayah masuk kedalam dan kembali dengan buku kecil penuh dengan gambar dan coretan. Dan kembali duduk dan berkata pada sang anak , ‘’Dulu sewaktu kecil kamu datang padaku menyanyakan ini gambar burung apa , makanannya apa , rumahnya dimana, gimana dia hidup , berulang kali kau tanya padaku dalam satu hari , bahkan dalam satu minggu kau tanyakan hal yang sama nak. Sang anak pun terdiam , tergugu. Lalu menangis , maafin  yah...”
Sudah pernah baca cerita diatas?? Yah, terasa banget yah , karena jelas banget khan. Kita sering seperti itu, sedkit saja ditanyakan hal yang sama berulang kali, cepat sekali kita merasa kesal. Seolah olah teman berbicara kita orang yang bodoh, oon , goblok, apalah itu . Bandingkan dech dengan masa kecilmu yang serba ingin tahu, saat dijalan, apa yang kamu tanyakan pada orang tuamu , bunda itu apa , ayah itu apa , ayah dimana , ayah apa itu, ayah ini gimana , sampai kamu beranjak besar dan mandiri dan bisa menjawab pertanyaan itu . Berapa lamakah waktu itu ?? bertahun tahun , dan orang tuamu tetap sabar . sementara kita baru beberapa menit saja berlalu dengan pertanyaan dan jawaban yang sama, kesal kita sudah memuncak . Sadarilah teman , ternyata kesabaran kita hanya sekedipan mata.
Telinga yang sabar mendengarkan akan mampu melatih seseorang untuk sabar dan tangguh dalam menghadapi pergumulan hidup.Didalam dan kapanpun itu .
Mulai sekarang,jadilah seseorang yang mendengarkan. Dengarkanlah,kau tidak akan merasa rugi. Ada sesuatu yang tersembunyi disana, barangkali dari pertanyaan itu kau akan berusaha mencari suatu jawaban, jangan pedulikan siapapun dia, seorang anak kecil mungilkah, temanmukah atau orangtuamu.
Hmmmm, jadi ingat seorang adik SMA pernah bercerita tentang satu hal padaku. Nih aku ceritakan, ambil ibrohnya yah ..
 ‘Kak, adek jarang berbicara atau bercerita dengan orang lain langsung menatap wajahnya, terkesan mata adek terkadang menatap wahjahnya tapi sering mengalihkan pandangan adek.kok bisa gitu ya?”
Dengan tersenyum aku menggodanya, “Dengan kakak kok enggak?”.Dia pun tertwawa, lalu aku pun menjawab, “’hmm itu tergantung kerpibadian seseorang , apakah orang itu terbuka atau tertutup. Nah perhatikan kalau orang itu tertutup sat dia bercerita dia hanya bercerita sekilas tenatng ceritanya tidak dengan hati , yah bisa dibilang sekedar menyampaikan. Sehingga orang yang mendengar pun tidak merasakan getaran atau tidak merasakan apa yang dirasakan oleh yang bercerita. Karena apa?? Kita ceritanya setengah hati, saat cerita , mata kita kemana mana, mengalihkan kemana mana, so pasti dianya yang ngedengerin kita juga merasa yaaa, biasa aja kali , that’s  just a story . Beda banget dengan seseorang yang memiliki kepribadian terbuka, perhatikan cara mereka menceritakan masalah mereka, face to face , langsung menatap mata dan menusuk kalbu ( lebay dikit ) , dia cerita serius ,fokus, saat sedih nampak pancaran dimatanya, bahagia begitu juga, lalu setelah ia siap bercerita apa yang kita sebagai perndengar rasakan ?? merasakan apa yang dia rasakan, kita ikut terbawa dalam masalahnya sehingga kita pun tergerak seolah olah kita yang berada dalam masalah dan kitapun memberikan alternatif untuknya. Coba intropkesi adek, selama ini cerita ke orang gimana, ?
Dia hanya tersenyum , ‘’pantes ya kak, saat dia memberikan respon , kok adek merasa dia gak pernah merasakan apa yang adek rasakan. Rupanya itu adek sendiri yang tidak membuka perasaan  dan menutup perasaan itu ‘’ . Alhamdulillah dia paham,,,
Mendengarkan tidak hanya sekedar mendengarkan . Dengarkan dengan telinga dan resapi dengan hati . Percayalah , dengarkan setiap alunan hikmah yang tengah Allah sampaikan padamu melalui orang lain ...^^

0 komentar:

Posting Komentar

Dik Triesna

Foto Saya
Dik Triesna
"Allah Tetapkan Apa Yang Terbaik Bagi HambaNya dan Akan Indah Pada Saatnya, Bersabarlah..."
Lihat profil lengkapku