"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang kuat, akarnya kuat dan cahanya menjulang ke langit".
Ibrahim : 24
Sekilas cerita ini kudapatkan setelah menonton film Jones Family. Film yang bercerita tentang sebuah 'keluarga' yang sangat stylist dalam kehidupan sehari-hari. Bertempat tinggal dikompleks mewah, kendaraan roda empat bagi masing-masing anggota keluarga. Waaaw...kereeen. Tak hanya itu saja, masing-masing anggota keluarga pun memiliki 'ciri' khas. Sang ayah yang sibuk dengan bisnis, dan sangat menikmati hobi golfnya. Sang ibu yang hobby perawatan dan berbisnis pula. Sang kakak dengan mode terkini, dari ujung kaki sampai ujung kepala, tak heran semua mata terpesona dan memandang kepadanya. Begitu pula dengan sang adik yang sekolah senior bergaya stylist dan cool dengan iringan musik yang terdengar melalkui ipod mini-nya. Tetangga begitu takjub dengan keluarga baru yang mendadak pindah di kompleks perumahan mereka, keluarga yang sangat ramah, harmonis dan begitu sempurna. Ternyata semua palsu ...
Akhir cerita ternyata, keluarga itu adalah keluarga 'buatan', yang disewa oleh sebuah perusahaan terkemuka untuk memasarkan produk produk mereka terbaru. Setiap anggota keluarga dibayar untuk berakting dan menjadikan produk-produk itu sebagai jati diri mereka. Seolah olah mereka hidup dalam kemewahan. Ayah yang hobi golf, sering bertukar cerita dengan teman sejawatnya tentang stick golf terbarunya yang seharga jutaan dollar, yang katanya mampu memukul bola dengan titik yang tepat. Mobil seri terbaru yang selalu dikendarainya selalu membuat panas teman sepermainannya, sehingga tak pelak mereka 'panas', dan selang seminggu kemudian sang ayah berhasil membujuk semua temannya menggunakan produk yang dia gunakan. Ayah pun mendapat point 23,5 %. Sang ibu pun tak kalah saing, modal kecantikan dan ketrampilan membujuknya berhasil membuat pemilik salon terbesar dikota itu percaya dengan produk yang dipasarkan, sehingga sang ibu memasok hampir seluruh produk, alat bahkan hal-hal lainnya. Sang ibu mendapat point plus 25,6 % . Sang adik yang masih dengan gaya coolnya, mencoba untuk bersikap santai, bagaimana tidak. Tidak perlu harus mengobral kata, dengan gaya cool, si adik pun mampu bersikap ramah kepada siapapun, dan teman-temannya merasa dekat, sehingga meniru penampilan bahkan perilaku si adik. Sang adik mendapat point 24,8 %. Sang kakak yang sangat trendy ini pun akhirnya menang dengan point, 30%. Gayanya yang cukup meyakinkan, alat teknologi tercanggih, mobil merah menyala yang membuat semua orang takjub, gayanya yang feminim tetapi cukup luwes, serta keramahannya untuk selalu mengundang teman-temannya mengunjungi kamar favorite dan melihat kamar mewah itu.
Apa yang kudapatkan dalam cerita ini sobat, mungkin sama dengan yang kamu tangkap pastinya. Tentang marketting pastinya, bagaimana mempengaruhi orang lain agar dapat menggunakan produk yang kita jual. Tetapi disni justru pemikiranku begitu sederhana melihat, bagaimana mereka menumbuhkan 'keteladanan' bagi keluarga palsu itu. Dari cerita ini aku langsung teringat dengan kisah Rasulullah, yang sepenuh hidupnya ia relakan jiwa raganya, untuk membawa mereka semua ke jalan Allah. Yang jiwanya bisa saja letih dengan banyaknya cacian dan hinaan tapi Rasulullah tetap tegar dan kuat. Yang kufikirkan adalah bagaimana cara dakwah rasulullah, yang tak begitu memaksa dan harus bersitegang untuk dapat membawa mereka bisa mencintai Allah. Tapi hanya dengan akhlaknya, yang selalu membawa keharuman cerita yang membuai indah.
Terharunya kita saat rasulullah menyayangi seorang peminta-minta disudut pasar, yang tiap hari mencaci maki Rasulullah, tapi Rasulullah tetap saja menyayanginya dan memberi makan dirinya dengan kasih sayang. Adakah beliau menyuruh orang lain seperti itu, tinggal memerintah harus seperti ini dan seperti itu. Tidak, justru dengan kasih sayang Rasulullah itu dinikmati oleh siapapun orangnya, yang sampai saatnya Rasulullah wafat pun, akhirnya peminta-minta itu seperti tersadar ia kehilangan suapan kasih sayang dari orang yang selalu menyaynginya. Dan akhirnya ia menangis sedih, saat ia mengetahui, Rasulullah lah yang memberi makannya. Dan ia pun masuk islam. Indah bukan, indah rasanya untuk tidak memaksa seseorang melakukan sesuatu kebaikan dengan keterpaksaan yang harus dengan emosi kita munculkan. Tapi dengan kesiapan dan ketauladanan yang kita berikan, justru mereka akan belajar. Belajarlah untuk berbuat sekecil apapun itu dengna ikhlas, biarkan orang lain menilai, bahwa Islam itu indah, islam itu menyayangi.
Sempurna rasanya, melihat orang lain berubah dengan sendirinya, tidak dengan keterpaksaan. Karena nantinya perubahan itu akan statis, tidak dinamis. Perubahan itu sudah memiliki akar yang kuat, bahwa islam itu indah.
Sahabat, begitu banyaknya yang kita mampu kita maknai, dariku mungkin film sederhana itu memaknai tentang keteladanan. Mungkin dalam pemikiran kalian, ada hal yang terbaik lagi yang bisa terungkap. Apapun hikmahnya, jadikan ia sebagai 'penyegar' mata, sehingga mata kita lebih terbuka untuk menyaksikan begitu banyak ilmu yang Allah tebarkan dibumi cintaNYA ini...
2 komentar:
Salam ukhti yang begitu lembut hatinya, yang ukhti tangkap berbeda sekali dengan yang ana tangkap, akhti lebih memaknai suatu analogi dasar yang sering sekali ukhti kaitkan hal-hal baik, namun berbeda, ana lebih dapat memaknai bagaimana seseorang dapat mengambil hal positif dari setiap yang ia lihat, dengar, rasa, karna disetiap apapun Allah mengajarkan kita, ukhti berhasil mengambil ilmu yang tersirat itu, tidak banyak orang yang bisa melakukannya, tetap seperti itu agar ukhti bisa terus belajar dari apapun yang ada di dunia ini, semua'a tidak terjadi begitu saja, ada Allah yang merencanakan kejadian, tentunya Allah lebih tau ilmu apa yang ingin IA sisipkan, begitulah cara kita belajar untuk kehidupan yang lebih baik.
Salam kenal penjajah, terima kasih sudah comment..
Menurut saya tidaklah berbeda, karena saya memandang dari sisi akar, yang menjadi dasar pijakan atas tumbuhnya pohon yang kuat. Sementara kamu, sisi daun, yang indah dipandang mata yang menjadi pelengkap. Keduanya memiliki peran masing-masing dan pastinya melakukan tugas yang baik. Apapun analoginya, pandangan positif itulah yang membimbing kita menemukan tentang makna sesuatu, begitu bukan ??
Semoga Allah istiqamahkan hati2 kita untuk selalu mencari ilmu, InsyaAllah ...
Posting Komentar