Seringkali kudengar, kekesalan mereka saat dinasehati. Mungkin tidak hanya mereka, tapi pasti aku dan kamu juga. Setiap jam, setiap apa yang kita lakukan, ada saja yang salah. Seperti inilah yang mereka rasakan. Murid-muridku. Aku merasakan kejenuhan yang mereka rasakan, saat setiap guru menceramahi mereka, menyalahkan mereka, memarahi mereka. Ada rasa tidak tega, mereka memang salah. Tapi kuanggap itu batas kewajaran mereka, maklum. Bandel remaja ^^ . "Sayang Ibu,....."
Entah kenapa, terkadang saat ada kesempatan ingin marah, marah itu tidak bisa diekspresikan begitu saja. Ada rasa sesal nantinya, seperti biasa saat setelah marah. Jika ada kesempatan itu, pasti saja aku langsung tersenyum melihat terus ke mereka sambil tersenyum, dan menunggu mereka tersenyum pula. Sampai akhirnya kami bersama-sama tersenyum, dan baru kukatakan, aku sangat tidak suka saat mereka melakukan kesalahan. Dan itu ampuh. Seni psikologi yang langsung kudapat dari lingkungan. HeheheheApa yang mereka fikirkan, sama seperti yang aku fikirkan. Tak selamanya nasehat itu didengar, tak selamanya merecos sampai berbuih meninggalkan bekas dalam ingatan dan hati mereka. AKSI pun menjadi kunci.
Rasanya kesal sekali saat mushollah yang seharusnya bersih menjadi begitu bernatakan, siapa lagi penyebabnya jika bukan mereka, petugas piket yang tidak menjalankan tugasnya. Haruskah aku marah, dan memanggil nama mereka satu persatu?? bisa saja, tapi hati nuraniku berkata lain. Aku diam, langsung kuambil wudhu, dalam dzikirku. Kubersihkan sesaat musholla itu sebelum adzan berkumandang, aku masih punya waktu. Mereka masih dengan cueknya, sampai salah seorang murid, datang kepadaku. "Sayang ibu, sini biar saya saja " . Aku tersenyum, menyerahkan sapu itu, dan membersihkan bagian lain. Hanya kami berdua. Selang beberapa menit kemudian, satu persatu mereka datang, " bu, bisa saya bantu??", dengan nada tulus mereka. Aku pun tersenyum melihat mereka seperti itu. Lalu ... Taraaaaa, seperti gotong royong jadinya, beberapa murid datang dengan sukarela membantuku, tanpa harus saling menyalahkan siapa yang salah. Semua aman terkendali sampai usai sholat.
Seusai sholat pun, aku sempat memberikan cerita singkat. Bukan tentang memarahi mereka, karena tidak piket. Bukan pula menggurui dan menyalahkan mereka. Tapi yang kusampaikan, " Terima Kasih, Ibu Senang ..^_^ , ibu sayang kalian " . Hahahah, akhir akhir ini aku sering mengucapkan kata-kata itu kepada mereka, "sayang kalian", "kangen kalian" , " baek banget kalian", " subhanallah, luar biasa", "iiih kerennn, kalian bisa!!!". Efeknya luar biasa dibandingkan dengan emosiku yang keluar karena marah marah, ataupun menasehati mereka.
Ternyata pujian dan gombal itu lebih bermakna untuk kalian, dan kalian pun menjadi lebih baik karenanya. Terima kasih, telah mengajarkan ibu tentang arti kesabaran dan kasih sayang ...
Note:Spesial for my students, love you
0 komentar:
Posting Komentar