topbella

Jumat, 04 Maret 2011

We Are One, We Are Together

           Hari hari yang kulalui sekarang, penuh dengan keramaian, kekocakan dan keunikan. Banyak hal yang menuntut kreatifitas dalam mengajar, ketekunan dalam mendidik ataupun mengolah kata menjadi lebih segar dan mudah dimengerti. Kuperhatikan mereka , murid murid perempuan yang cenderung patuh dan menurut. No problem, tidak memerlukan daya dan usaha yang besar untuk mengolah atau membentuk mereka, hanya perlu program dan pembentukan jiwa yang cocok. Kualihkan pandanganku ke murid laki-laki, saat itu pula aku hanya bisa geleng geleng. This is it, ini yang harus kukerjakan sekarang, need more reference to find out the key. Mereka unik, mereka berbeda, mereka mengekspresikan perasaan mereka tidak dengan kata kata , tetapi dengan sikap mereka, dan itupun setiap anak memiliki ekspresi yang berbeda beda  dan luar biasa sikapnya. Kucoba lebih dekat dan berusaha mencari jawaban. Saat suatu pagi seorang guru, memberikan buku raising boys, psikologi yang  membahas tentang kondisi jiwa seorang laki laki dari lahir sampai dewasa. 

Subhanallah, aku menemukan sesuatu yang sama sekali tidak kusadari selama ini. Here we are, aku memulai semuanya dengan meneliti kehidupan masing masing murid muridku yang luar biasa unik. Dan perlahan aku menemukan sedikit demi sedikit jawaban untuk mereka. Kehidupan di lingkungan rumah dan kehidupan didalam rumah. Sehari hari kulalui dengan duduk duduk bersama mereka, kadang bermain basket, kadang makan bersama dikantin. Setidaknya aku ingin lebih dekat dengan mereka, chemistry yang ingin kudapatkan dan pada akhirnya kudapatkan. Rasa gembira dan rasa sedih yang mencuat dari hatiku. Saat setiap pagi ada saja laporan dari guru guru yang menyatakan masih ada murid yang bermasalah dari kelasku, aku tersenyum. Yahhh, ini ‘’resiko’’ nya, aku sudah faham alasan dan keadaan, dan aku hadir sebagai pembela mereka, bukan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan, tetapi untuk meminta kesempatan untuk menasehati mereka.

“Seorang anak lelaki pun selain perlu diberi kebebasan untuk bertindak dengan lingkungan mereka, mereka juga butuh kasih sayang layaknya seperti yang didapatkan oleh seorang anak perempuan. Hanya saja rasa enggan dari diri mereka untuk menampakkan bahwa mereka membutuhkan kasih sayang itu, karena mereka ingin dianggap sebagai pahlawan yang selalu kuat. Anakku, kuperhatikan tatapan itu, dan aku faham. Pahlawan itu juga HARUS memiliki perasaan, ia juga membutuhkan kasih sayang” . Darimana kudapatkan kata kata itu untuk membela mereka didepan guru guru lainnya, “Jangan perlakukan mereka dengan kasar, mereka masih memiliki perasaan, dan sentuh perasaan itu dengan kelembutan” .


0 komentar:

Posting Komentar

Dik Triesna

Foto Saya
Dik Triesna
"Allah Tetapkan Apa Yang Terbaik Bagi HambaNya dan Akan Indah Pada Saatnya, Bersabarlah..."
Lihat profil lengkapku