di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
lalu disengaja malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiaaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki,
walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah
tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang
Salim A. Fillah
Minggu, 22 Januari 2012
Bukan
Bukan manusia namanya,
jika kesalahan itu tak pernah sirna
Bukan manusia namanya,
jika kesalahan tak pernah alpha
Bukan manusia namanya,
jika ia bisa memastikan semua suasana
Bukan manusia namanya,
jika ia selalu mendewakan janji setia tapi tak nyata
Bukan manusia namanya,
Jika selalu saja bertanya apa dan kenapa
Karena kami manusia,
yang selalu bersalah apa adanya
Karena kami manusia,
yang bahkan selalu hadir dalam dosa yang nista
Karena kami manusia,
yang menjadikan janji selalu teringkari adanya
Karena kami manusia,
yang tak bisa memastikan asa
Karena kami manusia
yang bisanya mengeluh dan tak percaya
jika kesalahan itu tak pernah sirna
Bukan manusia namanya,
jika kesalahan tak pernah alpha
Bukan manusia namanya,
jika ia bisa memastikan semua suasana
Bukan manusia namanya,
jika ia selalu mendewakan janji setia tapi tak nyata
Bukan manusia namanya,
Jika selalu saja bertanya apa dan kenapa
Karena kami manusia,
yang selalu bersalah apa adanya
Karena kami manusia,
yang bahkan selalu hadir dalam dosa yang nista
Karena kami manusia,
yang menjadikan janji selalu teringkari adanya
Karena kami manusia,
yang tak bisa memastikan asa
Karena kami manusia
yang bisanya mengeluh dan tak percaya
Tak Seindah Semestinya
Gadis cilik itu berjabat tangan dengan seorang sahabat barunya, Area. Keluarga area baru pindah seminggu yang lalu dan menjadi tetangga gadis cilik itu, ningsih. Pada dasarnya area anak yang sangat bersahabat dan periang, ningsih menjadi semakin dekat dengannnya. Bermain, bercanda, bahkan mengerjakan tugas sekolah bersama. Kebetulan mereka sekolah di tempat yang sama. Sebulan sudah berlalu, area dan ningsih menjadikan taman kecil di belakang rumah mereka menjadi tempat mereka bermain. Markas mereka tepatnya.
Lagi Gila Lagi
Bibir terkatup rapat, tanpa sekatah apapun. No respon no comment. Si Mama hanya melihat dan membiarkan anak perempuannya berlalu begitu saja. Kalau perlu tulisan "Do Not Disturb" tertera di belakang baju. Puncaknya malam keresahan tidak bisa diajak damai, turun naik tangga entah berapa kali, dapur ruang tamu, tapi tetap membawa gelas kosong, isi air didapur kembali ke ruang tamu. Minum, lalu kembali lagi ke dapur. Belum lagi keusilan yang tidak bisa ditolerir, adik adik jadi korban, si bungsu yang lagi asyik asyiknya main PS , ku cubit pipinya dengan gemassssss sekali.
Dilatasi
“Aku berjanji akan membuatmu bahagia, dan selalu menjaga hatimu”
Kalimat itu tertulis dikertas kusut yang ditinggalkan gadis itu, Ina. Ini pertemuan kedua ku dengan ina. Kami hanya berkenalan sesaat beberapa waktu lalu, dan tidak ada perjanjian untuk bertemu kembali. Hanya saja ketertarikan kami berdua dengan laut yang selalu mempertemukan kami,Laut yang dapat mengobati hati yang sedang gundah. Sunset menjadi pilihan waktu yang tepat untukku, begitu juga untuk gadis itu. Pemandangan yang bahkan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk memberi semangat, bahwa akan ada hal terindah yang sedang menanti. Dan itu “nanti” .....
Sabtu, 21 Januari 2012
RIAK
Menatap kosong hamparan laut yang luas,gadis itu duduk terpaku di tepi pantai.Menyendiri dalam diamnya, sesekali ia menghela nafasnya dalam-dalam.Mengambil sebatang kayu lalu menuliskan sesuatu di pasir putih disisinya, sketsa dan hanya dirinya yang tau. Ku dekati dirinya dengan langkah pelan, tergambar jelas ia sedang terbang bersama khayalannya sehingga tidak menyadari kehadiranku. Aku duduk sejajar dan berjarak darinya, ia tidak berpaling sedikitpun dengan tatapan yang masih kosong. Kucuri pandangan ke arahnya, air matanya mengalir di pipi, tanpa ekspresi.
Langganan:
Postingan (Atom)