Kumulai cerita ini dengan apa yang kufikirkan untuk membuat mereka sadar. Siapa mereka?. Murid muridku. Hal baru dan hal yang tersulit yang kudapatkan akhir akhir ini, sebuah fase dalam hidup, yang menuntut kreatifitasku dalam mengekspresikan “kemarahanku”. Bukan dengan fisik, bukan dengan mental, tapi menjadikan keduanya sehingga bertumpu pada satu titik, KESADARAN.
Seperti biasa, sholat zuhur selalu kami laksanakan secara berjamaah. Itupun setelah terjadi insiden kejar kejaran dan petak umpet yang berlangsung selama 20 menit . Hufffhhh....sepandai-pandainya guru, masih lebih pandai murid-murid dengan keusilan mereka. Sholat selesai, aksi dimulai. Ibu : “Boleh bentuk lingkaran, ibu mau ngasih tausyiah dikit?”. Patuh, selalu patuh saat mereka selesai sholat. "Sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar". Selepas itu tidak ada yang menjamin mereka bisa patuh kembali. Sebut saja namanya arif, “Hmmmm, arief , kalau boleh tau ini apa ya ? ( aku bertanya sambil memegang pulpen )
Arif : “pulpen bu”
Ibu : "yakin???"
Arif : "Yakinnn laaahhh"
Aku pun tersenyum. Lalu kuajak bercanda dengan cerita cerita lainnya. Selang 2 menit kuulangi pertanyaan kepada orang yang sama, “arief, ini apa ya?””tanyaku lagi sambil memegang benda yang sama.
Arief: "pulpen buuuuu"
Aku tersenyum manis lagi , ( hahahaha,,asli manis lho ). Kulanjutkan lagi dengan cerita cerita yang lain , selang 1 menit kemudian kutanyakan hal yang sama. Hal itu kulakukan 7 kali, sampai terakhir kalinya aku bertanya lagi, “arief, ini apa ya ?””
Arief : "ibu ni lah, dah kita bilang itu pulpen ditanya lagi. Capek saya , pulpen tu buk,ibu ni pura pura ndak tau lah"
Murid murid laen pun tertawa. “Kenapa bu??, lupa ya". Aku pun tertawa, “iya lupa ibu”. Lalu sejenak aku mengatakan pada mereka, pelan, “Bosan ya mengulang kata-kata yang sama, itu -itu aja. Padahal ibu memang sudah tau sih ini pulpen.^_^ , Sekarang gini deh , ada perasaan kesal ndak, kalian berkali-kali mengulang kata-kata yang sama, padahal kalian tau itu benar””
Arief : "bosan lah bu, ibu pun , udah tau itu betol, cam salah aja, kayak itu bukan pulpen."
Aku pun tertawa lagi, nah sekarang bayangin yah, “Bagaimana kalau kita review, setiap hari ada guru pemantau, liat keterlambatan kalian, lalu bilang, “besok jangan terlambat lagi yah”, tapi kalian tetep terlambat. Trus ada guru kesiswaan , liat baju ndak rapi, keluar keluar, lalu diingatkan kembali, "besok yang rapi ya”, keributan kalian dikelas dan guru coba menenangkan. Kira kira berapa kali mereka harus mengulang kalimat yang sama, dalam sekali pertemuan, dalam sebulan, dalam satu semester, dalam setahun, apa mereka bosan?
Mereka pun terdiam. Entah karena perintaku untuk menghitung atau karena mereka paham kusampaikan.”Faham apa yang ibu maksud?”.
"Hargai seorang guru, yang kami berikan murni untuk kebaikan, berbagi kepada kalian, bukan untuk mencelakakan kalian. Yakin, guru itu bukan hanya karena ingin disiplin lalu menasehati kalian, tetapi karena mereka sayang kalian, itulah yang membuat mereka tidak pernah bosan”. Hargai dan hormati, itu intinya . Suasana pun senyap padahal tidak ada intonasi suara yang keras, hanya suara yang lembut bersamaan semilir angin diluar musholla.
Aku pun beranjak bangkit, ok kita sudahi . Salah seorang dari mereka menyeletuk, “lho?kapan tausyiahnya bu?”. Hahahaha, “tausyiah khan ndak musti ceramah, diiringi penggalan hadits atau syair syair sufi khan, melalui pulpen juga bisa, “jawabku sambil tersenyum dan pergi. “Ibu ni ada ada aja”.
Hanya berbagi kepada mereka, untuk lebih memaknai kehidupan di sekolah .